MATAMAJA GROUP//Jakarta – Minyak kelapa sawit merupakan salah satu minyak nabati utama di dunia, dan Indonesia merupakan salah satu pemasok utama untuk bahan itu. Dalam proses produksi tentu saja disamping hasil utama minyak juga hasil sampingan atau limbah yang disebut Palm Oil Mill Effluent (POME) atau limbah pabrik kelapa sawit.
Hal itu akan menjadi masalah bila tidak tertangani, salah satunya menjadi tambahan gas rumah kaca yang dilepaskan ke udara.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) Badan Riset dan Inovasi (BRIN), Hidayat dalam mengawali webinar rutin seri 30 PRLSDA, Jumat (9/6/2023).
Webinar bertopik Pengembangan Teknologi Konversi Terintegrasi untuk Pengolahan POME dan Produksi Bahan Bernilai Tambah dengan Biomassa Mikroalga dipandu Periset PRLSDA, Awalina Satya dan menghadirkan narasumber Ardiyan Harimawan dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Kegiatan ini merupakan kolaborasi periset BRIN dan ITB, terutama yang terkait dengan pengembangan teknologi fotobioreaktor untuk kultivasi mikroalga yang menghasilkan biomassa mikroalga berkualitas tinggi dan merupakan salah satu bidang kajian di kelompok riset PRLSDA,” papar Hidayat, seperti dikutip dalam laman BRIN di Jakarta, Sabtu (10/6/2023).
Terkait kolaborasi riset, Awalina menjelaskan bahwa untuk bidang teknologi ekstraksi dan pengolahan fikosianin dilakukan oleh Pusat Riset Kimia Maju BRIN, riset teknologi ekstraksi dan pengolahan karoten oleh Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN, real time monitoring beberapa parameter proses pada system fotobioreaktor oleh Pusat Riset Komputasi BRIN, dan terkait teknologi membran untuk pengolahan air limbah ditangani bidang Teknologi Bioproses, Fakultas Teknologi Industri ITB.
Awalina menambahkan bahwa riset dilakukan untuk mewujudkan wacana ekonomi sirkular berbasis industri kelapa sawit. Biomassa mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat produk samping yang berguna berupa fikosianin, klorofil, dan karoten dengan perolehan 1-3 % bobot kering. “Produk tersebut dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan beku serta karoten sebagai bahan fortifikan untuk pakan ikan,” rincinya.
Menurut Ardiyan, POME berdasarkan karakteristiknya tidak dapat dibuang langsung ke badan air tanpa diolah terlebih dahulu, karena akan mengganggu berbagai kelangsungan hidup biota di lingkungan aquatik maupun estetika yang cukup serius. Salah satu karakteristiknya yang paling mengganggu adalah warna coklat yang timbul dari adanya kandungan bahan organik yang tinggi seperti pektin, tannin, fenol dan lignin.
Dalam paparannya ia menjelaskan diantaranya terkait karakteristik mikroalga dalam bioremediasi, pemanfaatan mikroalga dalam POME, pemanfaatan miroalga dalam pengolahan limbah, kultivasi mikroalga menggunakan fotobioreaktor dan teknologi gabungan membran fotobioreaktor.
Lebih lanjut dirinya menuturkan terkait kinerja Membrane BioReactor (MBR) untuk mengolah limbah dalam berbagai kondisi, dan peran MBR- Integrated Membrane BioReactor-Membrane PhotoBioReactor (MBPR) dalam pengolahan POME dan produksi bahan bernilai tambah.
MBR-MPBR merupakan inovasi teknologi dengan penerapan konsep biokonversi menggunakan mikroalga dikombinasikan dengan teknologi pengolahan air limbah. Teknologi integratif ini digunakan untuk menghilangkan komponen-komponen yang tidak diinginkan seperti bahan organik, padatan yang tersuspensi, senyawa nitrogen dan fosfor dari POME. Target efisiensi penyisihan komponen tersebut sekitar 75 sampai dengan 90%, dan sekaligus menghasilkan biomassa mikroalga berkualitas dengan perolehan 35-100mg/L.hari.
PBR adalah sistem fotobioreaktor yang dioperasikan baik secara partaian maupun secara kontinu dengan berbagai bentuk reaktor seperti plat panel, tubular, dan kolom vertikal. Penggunaan system MBR-PBR, pengolahan limbah terjadi pada MBR dilanjutkan dengan kultivasi mikroalga dalam PBR untuk memperoleh biomassa. Sedangkan teknologi gabungan membran fotobioreaktor (MPBR) yakni pengolahan limbah dilakukan secara langsung oleh mikroalga yang sekaligus tumbuh, tersuspensi dan tertahan di dalam reaktor, ungkap Dosen Teknik Kimia ITB yang berkompetensi di bidang bioreaktor ini.
Ardiyan memperlihatkan hasil penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini adalah terkait karekterisasi POME, karakterisasi jenis mikroalga dan hasil aklimatisasinya. Salah satu hasil riset karakterisasi mikroalga dan aklimatisasi yakni dari tiga jenis mikroalga yang di aklimatisasi, dua jenis terbukti teruji baik beradaptasi dengan air limbah POME.
“Mikroalga yang terbukti teruji dapat beradaptasi dengan semua varian konsentrasi air limbah POME hingga konsentrasi 90 persen adalah Spirulina dan Scenesdesmus dimorphus. Jenis Spirulina platensis menghasilkan produk samping yang lebih beragam, sehingga terpilih untuk digunakan lebih lanjut dalam system MPBR-MBR,” ungkap Ardiyan.
Foto: Humas BRIN
Sumber: lnfoPublik.id
Artikel ini tayang di jaringan media Matamaja Group
https://matamaja.com/
https://ppnews.id/
https://otoritas.id/
https://buser.id/
https://buser.co.id/
https://buser.web.id/
https://buserjatim.com/
https://buserjabar.com/
https://intelejen.id/
https://gardapublik.com/
https://gardahukum.com/
https://libaz.id/
https://tnipolri.com/
https://libaz.id/
https://ainews.id/
https://lacakberita.com/
https://awasjatim.com/
https://beritamadiun.id/
https://suaramajalengka.com/
https://realistis.id/
https://gmbinews.com/
https://newscobra07.com/