BALI, BUSERJATIM.COM
BALI– Bagi seorang anak sosok dan peran seorang ibu merupakan peran penting yang sangat menentukan bagi karakter anak, terutama dalam membentuk masa depan anak sebagai estafet perjuangan orang tua. Kasih sayangnya tidak dibatasi oleh waktu untuk anak- anaknya, mengandungnya, melahirkannya, merawatnya mendidiknya hingga tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa. Semua dilakukan tanpa pamrih bahkan sebaliknya mempertaruhkan nyawa di saat melahirkannya.
Betapa besar perhatian Allah kepada wanita hingga meminjamkan salah satu Asmaul Husna untuk menjadi nama salah satu organ tubuh wanita yaitu rahim. Rahim berarti kasih sayang tanpa minta balasan. Rahim ibu adalah tempat untuk menjamin kecukupan makhluk yang namanya bayi, di dalam rahim bayi bisa makan tanpa mengunyah bisa bernafas tanpa saluran udara. Siapapun makhluk Tuhan yang mendapatkan kasih sayang Maka dijamin akan mendapatkan keamanan dan kecukupan. Untuk menjadikan anak menjadi orang sukses tidak henti hentinya seorang ibu berdoa agar anaknya kelak menjadi anak yang sehat dan bermanfaat untuk bangsa.
Perjuangan lbu tidak pernah berhenti, merawat anak siang dan malam disaat suami lelap tidur lbu masih mengurus dan mengganti pakaian bayi yang bercampur kotoran dan air kencing, seluruhnya seluruhnya dilakukan tanpa mengeluh.
Dari seorang ibu lahirlah para tokoh nasional, pemimpin bangsa, kyai ulama, Cendekiawan, para guru, dosen dan pemimpin lainnya.
Kesuksesan mereka tidak lepas dari doa, restu dan peran seorang lbu.
Begitupun Bangsa lndonesia sebagai bentuk penghormatan dan jasa seorang lbu di Peringatan Hari Ibu setiap 22 Desember. Selain sebagai penghormatan kepada seorang lbu juga untuk menandai peristiwa Kebangkitan Perempuan Indonesia.
Melalui Kongres Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta, tanggal 22-25 Desember 1928. Dalam kongres pyang ketiga tahun 1938 menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, yang kemudian dikukuhkan pemerintah Indonesia l melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional Yang Bukan Hari libur.
Kaling Br.Batur Gde Hartawan mengatakan, peran perempuan dari masa ke masa terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan, sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Wanita tidak lagi menjadi objek kebijakan tetapi sebaliknya justru perempuan menempati posisi terhormat yaitu ikut menciptakan kebijakan untuk kepentingan bangsa dan negara.
Saat ini banyak tantangan yang dihadapi perempuan terutama berkaitan dengan perannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wanita harus mampu mengambil dua peran yaitu peran khusus kewanitaan yang tidak bisa tergantikan oleh kaum laki-laki. Di sisi lain harus mampu mengambil peran umum kemanusiaan yaitu berkontribusi secara aktif dan nyata dalam memajukan Indonesia.
(Tmr/Red)