Yayasan Padukuhan Sri Chandra Bhaerawa Kembangkan Ajaran Cinta Kasih, Kanwil Kemenag Bali Berikan Apresiasi

KLUNGKUNG, BUSERJATIM.COM–

Bertepatan dengan Tilem Kedasa, Kamis (20/4), Yayasan Padukuhan Sri Chandra Bhaerawa (PSCB) kembali menggelar upacara pawintenan (penyucian) bersama yang dirangkaikan dengan pujawali di Pasraman Sri Taman Ksetra, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Pelaksanaan upacara dipimpin oleh Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi dan Ida Mpu Istri Pramodha Wardhani.

Jro Mangku Restu Celagi selaku Ketua Pasraman sekaligus ketua panitia pelaksana pawintenan, menyampaikan bahwa kegiatan pawintenan bersama sudah beberapa kali dilaksanakan oleh Yayasan PSCB. Ritual itu pernah dilaksanakan di Pura Besakih, Pura Batur, Pura Dalem Ped, dan Pura Sakenan. Dalam pawintenan kali ini, tercatat jumlah peserta lebih dari 200 orang yang berasal dari berbagai daerah di Bali dan luar Bali.

Para peserta tersebut mengikuti pawintenan Saraswati, Dasaguna, Ganapati, dan Bhaerawa, sesuai pilihan masing-masing. “Pawintenan ini diikuti masyarakat dari berbagai kalangan. Tujuan dari pawintenan itu adalah proses pembersihan diri dari sekala (nyata) dan niskala (tak terlihat). Jadi, mawinten bukan hanya untuk dimaksudkan menjadi pemangku (pendeta),” ujar Jro Mangku Restu.
Sebelum upacara dimulai, kegiatan diawali dengan dharma tula (tanya jawab) yang diisi oleh Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi selaku Pembina Yayasan PSCB. Hadir dalam kesempatan itu I Wayan Santa Adnyana selaku Kabid Urusan Agama Hindu Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Bali yang mewakili Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Bali.

Dalam dharma tula itu, Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi menyampaikan, selama ini sebagian orang masih berpandangan negatif tentang Bhaerawa. Setiap berbicara Bhaerawa, konotasi mereka sudah negatif. Padahal Bhaerawa adalah ajaran cinta kasih dari warisan leluhur Nusantara.

“Ajaran Bhaerawa adalah ajaran cinta kasih. Kalau orang belum paham, selalu akan mengatakan Bhaerawa itu jahat. Padahal kami di Bhaerawa diajarkan bagaimana pertama membela negara. Betul-betul murni dididik dan diajar oleh guru, cuma sekarang banyak gurunya yang merahasiakan diri. Kemudian, bagaimana kita mengembangkan cinta kasih,” jelas Ida Dukuh Celagi.

Dengan memahami kedua hal itu, Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi berkeinginan untuk mengembangkan ajaran Bhaerawa di masyarakat luas. Lebih lanjut dijelaskan, dari berbagai lontar yang dipelajari pun tidak pernah diajarkan menyakiti orang. Justru yang diajarkan, yang pertama, bagaimana mencintai tubuh sendiri. Bahwa tubuh adalah sebuah pelinggih atau tempat suci.

“Kalau kita sudah bisa mencintai dan menghormati tubuh kita, carilah Tuhan yang ada di dalam diri kita. Hal itu tersirat di dalam Lontar Chandra Bhaerawa yang mengisahkan pertempuran antara Pandawa dengan Chandra Bhaerawa. Jadi, pada intinya adalah bagaimana mengembangkan cinta kasih itu menjadi cinta kasih yang universal,” jelas Dukuh Celagi.

I Wayan Santa Adnyana menyambut dengan antusias dan mengucapkan terima kasih kepada Ida Dukuh selaku sesepuh umat dan yayasan telah menggembleng mental spiritual serta mengadakan upacara pawintenan. Dia menyampaikan, Kemenag sangat mendukung upaya-upaya masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat yang senantiasa memperhatikan adat budaya dan menjalankan ajaran agama. Salah satunya Yayasan PSCB ini yang sudah sempat beraudiensi ke Kanwil Kemenag Bali beberapa waktu yang lalu.

Menurut Santa Adnyana, perkembangan umat Hindu ke depan, semakin maju dan orang-orang mencari jati diri. Hindu merupakan suatu agama yang bagaikan mutiara yang masih terpendam, yang banyak sekali menyimpan ajaran yang luar biasa. “Tentu masih banyak yang perlu digali. Salah satunya ajaran Bhaerawa ini. Seperti yang dijelaskan oleh Ida Dukuh, apa itu ajaran Bhaerawa,” ujarnya.

Dia mengharapkan ke depan semakin banyak wadah organisasi keumatan. Karena pemerintah tidak bisa menjangkau semuanya. Lembaga agama dan keagamaan seperti yayasan inilah yang menjadi mitra kerja dari Kemenag dalam membangun dharma agama dan dharma negara. “Ke depan agar umat semakin banyak mendapat bimbingan kerohanian sehingga generasi muda tidak salah arah, terlebih di zaman globalisasi sekarang ini,” katanya.

Ketua Yayasan PSCB, Jro Mangku Ketut Suryadi, menambahkan, program yayasan selama ini bergerak dalam kegiatan sosial keagamaan. Selain beberapa kali menggelar pawintenan bersama, pihaknya pernah menyelenggarakan memukur (rangkaian ngaben) dan metatah (potong gigi) bersama. Selain itu, ada kegiatan pembinaan umat di Jawa Timur yakni Banyuwangi dan Bromo Tengger, serta Lemah Wangi, Jawa Tengah.

Saat ini, Yayasan PSBC juga mengembangkan kegiatan pembinaan kerohanian bagi para narapidana di lembaga pemasyarakatan (lapas). Melalui kegiatan itu, pihak yayasan memfasilitasi Ida Dukuh Celagi untuk memberikan sebuah pemahaman dan berbagi pengalamannya sebagai seorang manusia sampai menjadi sulinggih.

Program tersebut sudah terlaksana di Lapas Gianyar. Rencana selanjutnya di Lapas Tabanan, lalu menyusul di Kerobokan dan Singaraja. “Ini kami lakukan karena umat sangat membutuhkan sekali pencerahan untuk penyadaran bahwa lapas itu sebagai sekolah terakhir, (agar perilaku buruk yang dilakukan) jangan sampai terulang lagi,” ucapnya.

(HBR22/Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *