Optimalkan Dakwah Islam Wasathiyah Lawan Narasi Radikalisme-Terorisme

Peran dakwah Islam Wasathiyah lewat para dai salah satunya merupakan langkah untuk melawan radikalisme dan terorisme.

“Program Standardisasi Dai yang diselenggarakan Komisi Dakwah sejak 2019 menjadi upaya konkret kami optimalisasi dakwah di ruang siber,” kata Ketua Komisi Dakwah MUI KH Ahmad Zubaidi dalam Halaqah Dakwah Siber, Cegah Teror: Optimalisasi Islam Wasathiyah di Ruang Siber yang diselenggarakan Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) MUI, Rabu (20/9/2023).

Menurut Kiai Zubaidi, program Standardisasi Dai sejatinya sejalan dengan upaya BPET MUI mencegah dan melawan narasi destruktif di masyarakat.

Sebab dalam pelatihannya para dai dibekali kemampuan untuk mengemas dakwah dengan konten yang menarik, khususnya untuk disebar di medsos.

“Semua dai kita membicarakan dakwah yang santun dan sejuk. Melalui program ini juga MUI menegaskan NKRI adalah kesepakatan yang telah selesai dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Muatan materi ini diharapkan mampu mereduksi paham ekstremisme yang ada,” ungkapnya.

Tak hanya Kiai Zubaidi, dalam forum tersebut turut hadir pula Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yaitu Muhammad Arif.

Dia menyampaikan akses terhadap internet dewasa ini telah menjadi kebutuhan dasar. Kebutuhan ini menyebar di kalangan masyarakat urban maupun pelosok.

“Tidak dapat dimungkiri bahwa penyebaran paham terorisme dan radikalisme di era sekarang tidak lepas dari penggunaan internet. Di sisi lain, fenomena ini juga bisa menjadi acuan bagi para dai untuk membuat program penangkal radikalisme di Indonesia,” katanya.

Muhammad Arif menyoroti dua hal yang perlu menjadi perhatian bersama bagi masyarakat dan stakeholder yang bergelut dalam konteks ini. Kedua hal tersebut adalah penetrasi internet dan literasi digital yang masih rendah.

“Dalam konteks literasi digital, banyak program yang bisa kami kolaborasikan bersama MUI. Langkah strategis tersebut tidak lain adalah untuk menekan dan melawan narasi radikalisme dan terorisme di Indonesia,” tutupnya

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *