Madiun – Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama utama tanaman padi dengan dampak kerusakan yang dapat terjadi mulai dari fase persemaian, fase generative hingga fase penyimpanan di gudang, dengan kerusakan kuantitatif yaitu penurunan produksi akibat dikonsumsi tikus hingga kerusakan kualitatif yaitu adanya kontaminasi kotoran maupun mikroorganisme lainnya yang terbawa oleh tikus.
Terkait hal itu, untuk mencegah terjadinya kerugian petani karena hama tikus, Babinsa Koramil 16/Wonoasri Sertu Arif Sumari bersama kelompok tani Desa Bancong, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun melaksanakan kegiatan pengendalian hama tikus dengan menggunakan metode sederhana yaitu gropyokan, Rabu (17/1/2024).
Babinsa Desa Bancong, Sertu Arif Sumari dalam kesempatan tersebut mengatakan, strategi gropyokan dapat dilakukan untuk pengendalian hama tikus sawah harus dilakukan pada awal musim tanam secara intensif dan berkelanjutan sebelum tikus berkembangbiak.
“Gropyokan ini merupakan salah satu teknik pengendalian hama tikus di areal persawahan dengan memburunya secara langsung, melalui pembongkaran atau pengasapan lubang-lubang aktif yang dicurigai sebagai sarang tikus,” katanya.
Menurutnya, kegiatan gropyokan tikus selain memiliki tujuan utama dalam membasmi hama tikus juga dapat menumbuhkan sikap gotong royong antar para petani.
“Pada pelaksanaan kegiatan gropyokan, para petani bersama-sama menggunakan alat-alat yang sederhana seperti kompor tikus, kayu, cangkul, gas, ember, dan lainnya tanpa menggunakan senyawa kimia seperti pestisida, tentunya hal ini dapat memupuk semangat kebersamaan,” jelasnya.
Babinsa berharap dengan dilaksanakannya gropyokan ini produktivitas tanaman padi dapat meningkat serta menghindarkan para petani dan masyarakat sekitar persawahan tertular penyakit yang dibawa tikus, serta tercermin kearifan budaya lokal yang murah, mudah, sederhana, ramah lingkungan dan mempererat silaturahmi antar para petani.