Trenggalek, Buserjatim.com – Malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri bukan hanya sekadar momen rutin bagi umat muslim di seluruh dunia. Di Trenggalek, malam itu merangkum keharuan dan kedalaman yang luar biasa, ketika Komandan Kodim 0806/Trenggalek, Letkol Czi Yudo Aji Susanto, S. Sos, M.A., dan Forkopimda Trenggalek menyelami makna kebersamaan di serambi Masjid Agung Baitturahman Trenggalek. Jalan Sunan Kalijogo No.7, di kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, pada Selasa (9/4/2024), menjadi saksi gemuruh bedug yang menggetarkan jiwa, memperdalam hubungan dengan Sang Pencipta.
Tabuhan bedug dan kumandang takbir di malam itu melampaui sekadar ritual; mereka adalah ungkapan syukur yang mendalam dari umat muslim Trenggalek. Dengan tegas, Letkol Czi Yudo Aji Susanto menegaskan bahwa Hari Raya Idul Fitri bukanlah sekadar perayaan, melainkan penanda kemenangan umat muslim. Kata-katanya bukan hanya ucapan, melainkan penghormatan yang tulus kepada Sang Pencipta yang maha kuasa.
Bersama Forkopimda Trenggalek, Dandim 0806/Trenggalek menampilkan contoh nyata kesatuan dan kebersamaan antara pemimpin dan masyarakat. Dalam keteguhan hati mereka saat menepuk bedug dan mengumandangkan takbir, tergambarlah solidaritas yang menyatukan hati dan pikiran dalam kesyukuran. Di tengah kesibukan sehari-hari, momen ini menjadi pencerahan akan hakikat keagamaan yang sejati.
Kehadiran Dandim 0806/Trenggalek dan Forkopimda di masjid bukan hanya simbol kecintaan kepada agama, tetapi juga peduli terhadap masyarakat. Mereka datang untuk memperkuat ikatan spiritual dan sosial antara pimpinan dan rakyatnya. Mereka mengingatkan bahwa kebersamaan dalam mengupayakan kebaikan adalah pondasi kokoh dalam membangun komunitas yang harmonis.
Malam takbiran di Masjid Agung Baitturahman Trenggalek adalah bukti bahwa agama bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga membangun kebersamaan dan persatuan. Dandim 0806/Trenggalek, bersama Forkopimda, menunjukkan bagaimana seorang pemimpin dapat menggerakkan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan. Kehadiran mereka bukan hanya peristiwa, melainkan pesan bahwa keagungan Allah adalah segalanya.
Dalam gemuruh bedug dan kumandang takbir, suara-suara yang bersatu menggambarkan keagungan Sang Pencipta. Momen ini bukan hanya catatan sejarah lokal, melainkan momentum yang mengukuhkan kebersamaan dan cinta kepada agama dan sesama.