GEMOLONG,MATAMAJA GROUP- Agenda besar 5 (lima) tahunan, yakni pemilihan umum (Pemilu) menjadi bukti satu-satunya bagi setiap orang untuk bermimpi agar bisa menduduki kursi sebagai wakil rakyat alias jadi legislator di gedung DPR, DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, bahkan menjadi senator di Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Kompetisi calon legislatif (caleg) ini pun bagian dari momentum untuk Pemilu tahun 2024 mendatang. Terlebih kehadiran banyak partai politik (parpol), telah membuka sebesar-besarnya peluang bagi setiap warga negara untuk dapat menjadi calon wakil rakyat.
Kesempatan tersebutlah yang membuat harapan besar bagi banyak orang untuk memiliki kesamaan hak bisa duduk di kursi kekuasaan pada tingkatan yang diinginkan.
Salah satunya ADIAT SANTOSO atau yang akrab di sapa _edot_ yang berkeinginan meraih kesempatan bakal calon legislatif daerah di kabupaten sragen dengan cara membentuk relawan yang disebut RENCHANGE ADIAT SANTOSO (Mas Edot)
Generasi muda asal dari gemolong, sragen ini berkeinginan menjadi CALEG dikarenakan ingin menghibahkan dirinya kepada masyarakat daerah pilihannya nanti sebagai perwujudan amal yang lebih luas.
Sementara, ramainya orang menjadi caleg ini tentu memicu banyak pikiran dan pandangan yang menyebutkan sisi mana enaknya menjadi wakil rakyat, sehingga memacu orang berkompetisi memperebutkan kursi empuk yang disediakan.
Konon, salah satu pikiran mendasar orang yang bermimpi menjadi wakil rakyat, yakni tergiur dengan gaji yang besar, meski tidak semua tingkatan sama, dimana gaji wakil rakyat di DPR RI, DPD tentu lebih besar di atas DPRD Provinsi atau DPRD kabupaten/kota.
“Jadi wakil rakyat itu adalah sebuah hak setiap orang, namun jangan berorientasi hanya dikarenakan gaji yang besar tapi lebih kepada amanah untuk memenuhi harapan masyarakat atau konstituen,” ungkap Adiat santoso alias edot.
Menurutnya, orang bisa berpikiran menjadi wakil rakyat adalah sebuah kesempatan karena hanya terbersitnya sepengal saja, yakni gaji, tunjangan ataupun insentif yang diasumsikan besar.
Tapi tuntutan secara kepartaian dan konstituen serta integritas selaku wakil rakyat kerap tidak dipikirkan banyak orang.
“Ya, kalau berpikirnya hanya gaji, anggota dewan selalu nantinya akan dicap minor dalam kinerjanya,” tukasnya.
Adiat santoso memiliki harapan, paradigma penilaian kinerja dewan yang selalu santai harus dibuang secara total, setidaknya kata dia sudah saatnya para caleg membuka wawasan dan cara pikir masyarakat, bahwa kinerja lembaga legislatif tidak lain memperjuangkan aspirasi dari amanah yang dipercayakan.
Dan harapan saya dapat berguna bagi bangsa dan negara dalam setiap pengabdian hidup (eko)