MALANG,BUSERJATIM.COM – Suasana penuh kekhidmatan sekaligus kemeriahan menyelimuti Pantai Bajul Mati, Desa Gajah Rejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Selasa (08/04/2025). Ribuan warga dan wisatawan berkumpul untuk mengikuti dan menyaksikan prosesi adat Larung Ketupat Idul Fitri 1446 H, sebuah tradisi turun-temurun yang rutin digelar setiap tanggal 7 Syawal atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Kegiatan sakral ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan nikmat dan keselamatan selama setahun penuh. Tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan menjadi identitas budaya warga Dusun Bajul Mati.
Acara dimulai sekitar pukul 10.15 WIB dan berakhir pukul 12.10 WIB, dengan dihadiri berbagai unsur masyarakat dan instansi, termasuk Camat Gedangan, Danramil, Kapolsek Gedangan AKP Bagyo, serta perwakilan dari Polairud, Polhut Perhutani, PMI Kabupaten, RAPI, Tim SAR, LMDH Tani Maju, PKKG, KTH, media lokal, serta tokoh agama dan masyarakat setempat.
Suasana bertambah meriah dengan hadirnya penampilan tari budaya Segoro Kidul, yang merupakan tarian khas warga Bajul Mati, serta atraksi kesenian lokal dari beberapa grup Banteng Mberot binaan Perhimpunan Kesenian Kecamatan Gedangan. Hiburan musik dari Blizard Audio System turut menyemarakkan festival budaya ini.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Gajah Rejo, Siswoyo, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung terselenggaranya Bajul Mati Culture Festival 2025. Ia menegaskan pentingnya menjaga warisan budaya sebagai kekayaan identitas lokal sekaligus sarana penggerak ekonomi kreatif.
“Kami hanya berupaya menjaga tradisi nenek moyang agar bisa terus dilestarikan. Semoga Larung Ketupat ini tak hanya jadi ajang budaya, tapi juga mendongkrak UMKM dan pariwisata di Pantai Bajul Mati,” ujar Siswoyo.
Prosesi puncak dimulai dengan kirab perahu ketupat sejauh 1,5 kilometer dari area desa menuju bibir pantai. Setelah itu dilakukan penyerahan simbolik perahu dari Kepala Desa kepada Tokoh Adat, disaksikan oleh warga dan wisatawan yang memadati kawasan pantai. Selanjutnya, seluruh peserta menggelar doa bersama sebelum perahu lengkap dengan sesajen dan ketupat dilarungkan ke Laut Selatan sebagai bentuk persembahan kepada alam semesta.
Hal menarik terjadi ketika Kapolsek Gedangan, AKP Bagyo, turut larut dalam antusiasme warga. Dengan seragam lengkapnya, ia ikut basah kuyup terkena ombak saat membantu prosesi pelarungan hingga ke tengah laut. Aksi spontan ini memicu sorak sorai dan rasa bangga warga atas kepedulian aparat terhadap tradisi lokal.
Momen sakral ini ditutup dengan tradisi berebut buah-buahan dan ketupat di tepi pantai, yang dipercaya membawa berkah dan keselamatan. Raut bahagia terpancar dari wajah warga yang begitu antusias, mempertegas bahwa tradisi Larung Ketupat bukan hanya bentuk ritual, melainkan juga lambang solidaritas, persatuan, dan cinta terhadap warisan budaya leluhur.
Dengan antusiasme yang terus meningkat setiap tahunnya, Larung Ketupat di Pantai Bajul Mati semakin menegaskan posisinya sebagai agenda budaya unggulan Kabupaten Malang, yang tak hanya merekatkan masyarakat, namun juga memiliki potensi besar untuk mendongkrak sektor pariwisata lokal.