Kepulauan Mentawai memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, bahkan tempat berselancar (surfing) dunia terdapat di empat pulau itu.
Sumatra Barat merupakan salah satu daerah terindah di Indonesia. Banyak sekali tempat wisata di provinsi itu yang layak pelancong kunjungi.
Sumatra Barat tidak hanya tentang kulinarinya yang sangat terkenal, seperti rendang, gulai kepala ikan, soto padang, dan sebagainya. Negeri nan elok itu juga dikenal dengan falsafah kehidupan masyarakatnya, kekayaan budaya yang masih terjaga serta pesona alamnya.
Bila berbicara soal Sumatra Barat tentu tak akan habis-habisnya kita membicarakannya. Kali ini pembicaraan bukan soal tanah daratan Pulau Sumatra, namun berbiara soal potensi budaya dan pariwisata Kepulauan Mentawai, yang juga merupakan bagian dari Sumatra Barat.
Secara administratif, Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kabupaten ini berada di luar dari wilayah pulau Sumatra, yang terdiri atas empat pulau utama. Ibu kota Kabupaten Mentawai adalah Tuapejat yang berlokasi di Pulau Sipora.
Empat pulau utama Kabupaten Mentawai yang berpenghuni yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Mentawai, suku Minangkabau, dan pendatang lainnya di luar Sumatra Barat.
Sebagai kepulauan yang berada di lautan Samudra Indonesia, kepulauan itu memiliki potensi pariwisata yang luar biasa berupa panorama alam yang masih asri dan terjaga. Bahkan, beberapa spot surfing yang mendunia terdapat di empat pulau tersebut.
Meskipun lokasinya cukup jauh diakses, Mentawai memiliki potensi wisata yang besar. Beberapa video dokumenter sering menjadikan budaya adat suku Mentawai sebagai materi yang menarik untuk dipelajari.
Meskipun harus menempuh jalur laut yang cukup panjang, destinasi yang memiliki julukan Bumi Sikerei ini memiliki potensi wisata yang besar. Di Kepulauan itu, beberapa titik selancar dengan skala internasional.
Pasalnya, beberapa spot surfing berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, membuat Mentawai memiliki gulungan ombak yang banyak diminati oleh peselancar dunia. Bahkan, kepulauan ini pernah menjadi tuan rumah untuk kompetisi surfing kelas dunia bertajuk Mentawai Pro pada 2016.
Tujuh dari jumlah total titik surfing yang berjumlah 71 adalah bagian dari sepuluh titik surfing terbaik di dunia. Lantas bagaimana sisi budayanya? Di kepulauan ini hidup suku yang masih mempertahankan budayanya dengan kuat.
Salah satunya adalah tato tradisional yang menggunakan peralatan serba tradisional, prosesnya pun masih menggunakan kayu yang diruncingkan kemudian dipukul secara bertahap. Tato bagi suku mentawai memiliki makna tersendiri. Salah satunya adalah lambang anak panah yang melambangkan cara bertahan hidup suku Mentawai. Biasanya gambar tersebut dimiliki oleh sikerei (dukun adat).
Demikian pula dengan keberadaan hutan alaminya yang berada di Pulau Siberut. Hutan di Pulau Siberut masih alami dan terdapat hewan langka yang hidup di sini. Setidaknya terdapat empat satwa endemik seperti bokkoi, lutung mentawai, lilou, dan simakobu yang hidup di kepulauan ini. Oleh karena itu, UNESCO pun telah menetapkan Kepulauan Mentawai sebagai cagar biosfer oleh UNESCO.
Berlandaskan potensi yang dimilikinya, terutama pengembangan sektor pariwisata, pemerintah pun telah membangun bandara baru di Kepulauan Mentawai. Tujuannya, kepulauan itu memiliki konektivitas dengan daerah lain.
Belum lama ini, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada Minggu (13/8/2023), meninjau progres pembangunan bandara baru di Pulau Mentawai, Sumatra Barat. Bandara baru itu bernama Rokot Mentawai. Bandara itu menggantikan bandara lama yaitu Bandara Rokot Sipora yang sudah tidak memungkinkan dikembangkan lagi, karena dibatasi laut lepas.
Budi Karya mengatakan, Kemenhub menjalankan arahan Presiden Joko Widodo untuk mengawal kegiatan konektivitas khususnya di daerah tertinggal, terluar, terdepan (3T) dan perbatasan, seperti Mentawai terjaga dengan baik.
“Saya sudah tiga kali datang ke sini dari sebelum dibangun, sedang dibangun, dan sekarang ini, untuk mengawal ini dengan maksimal,” ujar Budi Karya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/8/2023).
Menhub mengungkapkan, Bandara Baru Rokot Mentawai baru saja diselesaikan dan sedang menunggu proses penerbitan Sertifikat Bandar Udara. Bandara baru ini siap dioperasikan tahun ini. “Kemungkinan bulan depan Bapak Presiden akan datang ke sini,” ucap Menhub.
Sebagai informasi, Bandara Mentawai yang baru memiliki panjang runway 1.500 x 30 meter, sehingga dapat dilandasi pesawat yang lebih besar yaitu ATR 72-600 berkapasitas maksimal 78 penumpang.
Sebelumnya, bandara yang lama hanya bisa didarati pesawat Cessna Grand Caravan berkapasitas 12 orang dengan panjang runway 850 x 23 meter. Dengan kapasitas pesawat yang meningkat dari 12 menjadi 78 orang per sekali penerbangan, Menhub berharap kehadiran bandara baru dapat meningkatkan jumlah pengunjung, khususnya wisatawan untuk datang ke Mentawai.
“Selain daerah terluar, Mentawai juga merupakan daerah tujuan wisata dan terkenal dengan ombak yang diburu para penggemar olahraga surfing. Jadi permintaan penerbangan pun cukup tinggi,” ucap Budi.
Lebih lanjut Menhub berharap agar pemerintah daerah setempat dapat membantu memastikan tingkat keterisian pesawat. Misalnya dengan menyelenggarakan berbagai acara dan melakukan block seat.
“Jika minimal ada 56 orang tiap penerbangan dengan ATR, maskapai akan mau terbang,” tutur Menhub.
Pada kesempatan yang sama, Penjabat (Pj) Bupati Kepulauan Mentawai Fernando Jongguran Simanjuntak merasa senang dengan adanya pembangunan bandara baru itu.
Fernando meyakini kehadiran bandara ini bisa mendongkrak tingkat kunjungan ke Kepulauan Mentawai, khususnya kedatangan domestik. “Harapannya juga bukan saja sektor pariwisata, melainkan sektor-sektor lain, seperti UMKM, nanti juga akan ikut bertumbuh di Kepulauan Mentawai,” ujarnya.
Sepanjang 2022, total penumpang dari dan menuju Mentawai melalui jalur udara tercatat sebanyak 1.354 penumpang dengan 219 pergerakan pesawat. Rute perintis ini dilayani oleh operator Susi Air dengan frekuensi penerbangan dua kali dalam seminggu.
Pembangunan bandara baru di Mentawai ini juga dilakukan dalam rangka mitigasi bencana alam yang sering terjadi di wilayah ini. Dengan dapat didarati pesawat yang lebih besar, diharapkan akan semakin mempercepat pemberian bantuan dan evakuasi.