KEDIRI, BUSERJATIM.COM – Indonesia memiliki budaya dan tradisi yang bermacam macam, tradisi tersebut sudah dilestarikan sejak zaman dahulu sampai sekarang, terlebih masyarakat Jawa yang sangat kental dengan dengan nilai tradisi dan kearifan lokal. Tak hanya kepentingan manusia dengan manusia namun orang Jawa sangat identik dengan budaya religiusitas yang di balut dengan kearifan lokal.
Tradisi yang sudah turun temurun sebaiknya terus dilestarikan agar nilai nilai luhur yang ada di sekitar agar tetap terjaga.
Untuk menjaga budaya dan tradisi Jawa supaya tidak hilang karena terkikis oleh zaman, pak Sholikin sebagai seorang spiritual untuk yang kesekian kalinya menjaga tradisi tersebut dengan mengadakan Suroan di rumahnya yang berada di wilayah Dusun Sidorejo Desa Medowo Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri, Jum’at (21/7/23).
Suroan di hadiri oleh ratusan warga dari berbagai daerah diantaranya Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Malang dan sebagainya. Warga yang datang langsung di persilahkan menikmati hidangan yang di kemas berupa prasmanan sambil menunggu acara puncaknya.
Setelah acara selesai dan di sela sela waktu santai, saat di jumpai awak media di kediamannya, pak Sholikin mengatakan “Suroan ini bertujuan memayu hayuning bawana yang berarti memperindah keindahan dunia, karena orang Jawa memandang konsep ini tidak hanya sebagai falsafah hidup, namun juga sebagai pekerti yang harus dimiliki setiap orang”. Ucapnya
Selain itu, memayu hayuning bawana juga menjadi spiritualitas budaya. Spiritualitas budaya adalah ekpresi budaya yang dilakukan oleh orang Jawa ditengah tengah jagad rame. Orang Jawa menghayati laku kebatinan yang senantiasa menghiasi kesejahteraan dunia.
Memayu hayuning bawana memang upaya melindungi keselamatan dunia baik lahir maupun batin. Orang Jawa merasa berkewajiban untuk memayu hayuning bawana atau memperindah keindahan dunia. Ucapnya
Tambah pak Sholikin, tipikal tradisi Jawa yang kental akan penjelajahan wilayah gaib sebagai konsekuensi adanya interaksi manusia terhadap lingkungan alam dan seluruh isinya. Sebab menurut budaya jawa, alam semesta bukan hanya dalam pandangan bentuk fisik (mikrokosmos) tetapi melampauinya dalam sebuah alam metafisik (makrokosmos) yang berupa simbol simbol, tanda, gejala alam, dan sebagainya yang saling bersinergi membentuk sebuah realitas yang utuh dan sistematis. Untuk itu manusia Jawa selalu mencoba mencari harmoni antara alam mikrokosmos dan makrokosmos. Cara yang banyak di tempuh adalah melalui media kebatinan atau kejawen, untuk menemukan rasa sejati dalam penggambaran sukma. Pungkasnya.
Pras