Kisah Pilu Nenek Hasna, Tinggal di Rumah 2×3 Meter Bersama 12 Anggota Keluarga di Jakpus, Kini Dapat Bantuan Hunian Layak

BUSERJATIM GRUOP –

Jakarta Pusat, 11 November 2024 – Kisah pilu Nenek Hasna, seorang wanita lanjut usia berusia 62 tahun yang tinggal di sebuah rumah petak sempit berukuran 2×3 meter bersama 12 anggota keluarganya, menjadi perhatian publik setelah viral di media sosial. Kondisi rumah yang sempit dan jauh dari kata layak di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, membuat Hasna dan keluarganya terpaksa tidur bergantian untuk bisa beristirahat.

Bacaan Lainnya

Keberadaan rumah yang begitu kecil untuk menampung 13 orang membuat kehidupan sehari-hari mereka penuh keterbatasan. Hasna bahkan harus rela tidur di lantai bersama cucunya dalam kondisi yang sangat tidak nyaman. Kisah hidup nenek Hasna menggambarkan bagaimana ketidakmerataan kesejahteraan masih menjadi persoalan yang dialami sebagian masyarakat, khususnya di daerah perkotaan yang padat penduduk.

Respons Cepat Pemerintah

Setelah kisah ini mencuat di berbagai platform media, pemerintah segera turun tangan untuk memberikan bantuan. Melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta lembaga terkait lainnya, pemerintah meninjau langsung kondisi hunian Nenek Hasna dan mengambil langkah cepat untuk memberikan bantuan rumah layak huni.

Menurut perwakilan Kementerian PUPR, bantuan ini merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah untuk memastikan bahwa masyarakat yang berada dalam kondisi ekonomi sulit tetap bisa mendapatkan hunian yang layak. Pemerintah juga berupaya agar bantuan serupa bisa segera menjangkau masyarakat lain yang membutuhkan, terutama lansia yang tinggal dalam kondisi kurang layak.

Kondisi Hunian Baru untuk Hasna

Setelah intervensi dari pemerintah, Hasna dan keluarganya kini mendapatkan hunian yang lebih luas dan nyaman, memungkinkan mereka untuk hidup dalam lingkungan yang layak dan sehat. Hunian baru ini dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan dasar, seperti ruang tidur yang cukup, ventilasi yang memadai, dan fasilitas sanitasi yang layak.

Keluarga Hasna kini bisa bernapas lega setelah bertahun-tahun hidup dalam keterbatasan ruang yang memengaruhi kualitas hidup mereka. “Alhamdulillah, akhirnya kami bisa tinggal dengan nyaman tanpa harus tidur bergantian lagi,” ujar Hasna dengan penuh rasa syukur.

Perlunya Perhatian Lebih untuk Masyarakat Kurang Mampu

Kasus Nenek Hasna menyoroti betapa pentingnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap kondisi hunian warga miskin di perkotaan. Keterbatasan akses terhadap hunian layak, khususnya di wilayah padat penduduk, masih menjadi masalah besar yang harus diselesaikan. Program bantuan pemerintah seperti renovasi rumah tak layak huni (RTLH) dan pembangunan rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah perlu diperkuat dan diperluas jangkauannya agar dapat memberikan dampak yang lebih besar.

Tidak hanya di Jakarta Pusat, tetapi di banyak kota besar lainnya, masih ada keluarga-keluarga yang tinggal dalam kondisi kurang layak. Perhatian lebih dari pemerintah, lembaga swasta, dan masyarakat diperlukan untuk memastikan hak atas hunian yang sehat dan layak dapat dinikmati oleh seluruh warga.

Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Kisah Hasna diharapkan menjadi pembelajaran bersama dan dorongan bagi pemerintah untuk terus mengupayakan program-program bantuan yang tepat sasaran. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan impian setiap warga memiliki tempat tinggal yang layak.

Bantuan yang diberikan kepada Hasna dan keluarganya menjadi bukti nyata bahwa dukungan dari berbagai pihak dapat membawa perubahan yang berarti. Diharapkan, upaya seperti ini tidak hanya terjadi saat kasusnya viral, tetapi juga menjadi bagian dari program berkelanjutan untuk mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi.

Red

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *