JAKARTA.BUSERJATIM.COM –
Rois Syuriah PWNU DKI Jakarta KH. Muhyiddin Ishaq memberikan restunya kepada Gus Mahali (KH. Abdul Khalim Mahali, LL.B (Hons), MPIR untuk maju sebagai Calon Ketua Umum PBNU Alternatif dari Generasi Milenial Nahdlatul Ulama. “Situasi Muktamar NU-34 pasti akan memanas. Diperlukan calon alternatif untuk meredamnya”, ungkap Kyai Muhyiddin seperti ditirukan oleh Ahmad Misbachul Ulum Tim Gus Mahali kepada awak media melalui sambungan selulernya di Jakarta.
Menurut Kyai Muhyiddin, situasi akan memanas sudah dianalisanya sejak pelaksanaan Konbes Ulama dan Kyai NU se-Indonesia di Jakarta pada September 2021 lalu. Apalagi yang muncul ke permukaan sebagai Caketum PBNU baru Kyai Said Agil selaku petahana dan Kyai Yahya Staquf selaku Katib Aam PBNU. Pengasuh Ponpes Miftahul Ulum Cipete Jakarta Selatan ini juga khawatir jika Muktamar NU ke-34 di Lampung nanti akan mengalami kekacauan seperti Muktamar NU ke-33 di Jombang Jawa Timur tahun 2015 lalu. Ditanya tentang pencalonan KH. Said Agik Siroj, Rois Syuriah DKI Jakarta ini mengungkapkan bahwa dirinya telah 3 kali bertanya namun Kyai Said belum memberikan jawaban beberapa bulan lalu. “Saya tiga kali menanya langsung ke Kyai Said. Terakhir di rumahnya saat saya lebaran Idul Fitri membawa keluarga, namun Kyai Said hanya tersenyum. Sehingga saya beranggapan kalau beliau tidak akan maju lagi. Ternyata, jelang Konbes Ulama dan Kyai NU September kemarin di Jakarta, adik Kyai Said mendatangi saya dan memberi kabar kalau Kyai Said akan maju lagi”, kata Kyai Muhyiddin sambil tertawa.
KH. Muhyddin Ishaq memberi restu kepada Gus Mahali untuk ikut bursa pemilihan Ketua Umum PBNU 2021-2026, khususnya mewakili wilayah luar Jawa. Mereka membahas perlbagai hal strategis tentang PBNU kedepan. Terkait isu adanya pihak-pihak tertentu yang akan menggunakan money politics, Gus Mahali menyampaikan kepada Kyai Muhyiddin “Kalau menurut saya Kyai, kita justeru wajib mencarikan solusi hukum fiqh nya bagi para calon penerima uang tersebut agar mereka agar mereka tidak berdosa menerimanya. Pemberi uangnya berdosa sudah jelas. Tetapi, kita harus cari dalil yang membolehkannya para penerima uang tersebut. Sehingga, para penerima uang tidak dibebani dosa berkepanjangan selama hidupnya”, Gus Mahali mengusulkan pendapatnya sambil tersenyum. Tampak Kyai Muhyiddin juga ikut tertawan mendengar usulan Gus Mahali. Apalagi, Gus Mahali bercerita sedikit bahwa dirinya dikenal sebagai Pemilik Pendapat Keempat (Ashaabur Ro’yir Roobi’) saat kuliah diluar negeri. Misalnya, ada 3 mazhab memiliki pendapat berbeda, maka Gus Mahali akan mengusulkan pendapatnya kepada Guru Besarnya sebagai yang keempat.
Di akhir pertemuan, Kyai Muhyiddin dan Gus Mahali berharap Muktamar NU ke-34 berjalan damai dan lancar meskipun suasana Pra Muktamar telah terasa sekali hawa panasnya ke seluruh tanah air sehingga seakan telah terjadi perpecahan di kalangan Nahdliyyin. Selaku Dewan Syuriah PWNU Provinsi Riau 2015-2020, Gus Mahali juga berharap kepada Kyai Muhyiddin selaku Dewan Syuriah PWNU DKI Jakarta untuk ikut menengahi jika terjadi konflik di NU, mengingat beliau adalah Sesepuh Ulama NU di Ibukota Jakarta.****
Jurnalis ED