BUSERJATIM.COM || SURABAYA – KH Hisyam A Karim adalah pendiri Pondok Pesantren Sukawarah Roudlotus Sholikhin, Kalijaran, Karanganyar Purbalingga. Beliau tak lain adalah kakek dari istri Ganjar, Siti Atikoh Supriyanti.
Beliau juga merupakan pejuanga kemerdekaan dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Karanganyar, Purbalingga.
Pondok Pesantren (Ponpes) Sukawarah Roudlotus Sholichin, Desa Kali Jarak, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, Jawa tengah (Jateng)
Mbah Hisyam memiliki hubungan kekerabatan dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Mbah Hisyam merupakan kakek dari Siti Atikoh Suprianti, istri Ganjar Pranowo.
Jejak langkah Mbah Hisyam dalam syiar Islam bermula berakar dari jati diri seorang santri. Mbah Hisyam mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren Desa Leler Randegan Banyumas, selama empat tahun di bawah bimbingan Al Mukarom Syeikh KH Muhammad Zuhdi.
Ia lalu melanjutkan nyantri di Pondok Pesantren Desa Jampes, Bata Putih, Kediri, Jawa Timur, dengan pengasuh Syeikh KH Muhammad Dahlan. Di Kediri, mbah Hisyam nyantri selama 8 tahun.
Selama ditempa di lingkungan Pesantren, bahwa Hisyam dewasa sering sowan kepada ulama-ulama sepuh seperti Syeikh KH Hasyim Asy’ari untuk ‘ngalap berkah’. Kenangan yang kerap diceritakan, Kitab Al Muwaththa karangan Imam Malik, Guru dari Imam Syafi’i diberikan oleh KH Hasyim Asy’ari kepada Mbah Hisyam.
Pada tanggal 2 Februari 1929, Mbah Hisyam pulang ke kampung halaman, Purbalingga mendirikan pondok pesantren. Di pesantren, Mbah Hisyam mengadakan pengajian rutin yang dikenal dengan nama pengajian ‘Setuan’. Pengajian tersebut ramai dihadiri oleh orang-orang dari penjuru Purbalingga bahkan Pemalang.
Pada masa perang kemerdekaan, Pondok Sukawarah menjadi semacam tempat pengkaderan para pejuang. Selain mengaji, sebagian dari santri juga dibekali ilmu-ilmu lain seperti baris-berbaris, belajar huruf morse dan juga belajar pertolongan pertama dalam kecelakaan. Jiwa kepahlawanan dan nasionalisme Mbah Hisyam dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dikisahkan oleh KH. Syaifuddin Zuhri dalam bukunya, Guruku Orang-Orang Dari Pesantren.
Karangan Mbah Hisyam yang berupa kitab atau lembaran kebanyakan berupa nadom/ syair ataupun terjemahan, antara lain : Kitab Irsyadul ‘Awam dan Lamyah Ta’lim’. Mbah Hisyam juga berkiprah di Nahdlatul Ulama sebagai Rois Syuriah PCNU Purbalingga selama enam masa jabatan. Mbah Hisyam wafat pada hari Kamis kliwon, tanggal 12 Januari 1989.
Semoga seluruh perjuangan beliau dan ilmu- ilmu beliau selalu dikenang dan menjadi amal jariyah yang pahalanya selalu mengalir ila Yaumil qiyamat. Tetap Selalu Menjaga Prokes 6 M. (Hary/Red)