BANDUNG,MATAMAJA GROUP- Bertempat di ruang studio streaming Masjid Salman Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat (ITB) telah berlangsung penuh khidmat “Islamic Journalism Class” bersama puluhan peserta se-nusantara baik dari Aceh sampai Papua.
Helatan meriah, serius, dan santai ini dipandu oleh Mas Andre Hariyanto, CFNLP, CMST, CT-ALC, CLMA, Founder Komunitas Taklim Jurnalistik, Pembina Yayasan Pusat Pembelajaran Nusantara, Wartawan muda sekaligus Owner Lembaga pelatihan AR Learning Center yang ditemani pembaca acara (mc) berdarah sunda yaitu Suci Rahmawati pada Sabtu, (01/04/2023).
“Santai, tetapi tetap fokus dan konsentrasi dalam menulis apapun itu,” ujar pemateri jebolan STIS pesantren Hidayatullah Gunung Tembak itu.
Menurutnya, jurnalistik itu kekuatan media. Media mampu membentuk, memberi fokus, dan mempercepat opini publik. Selain itu, ada dictum yang mengatakan, media menciptakan, juga menghancurkan citra. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sudah saatnya semua manusia harus ada yang bergerak di bidang media.
”Ini sudah perang media, maka kita harus melahirkan penulis-penulis hebat dalam menyampaikan kebenarannya, dengan mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaannya,” kata lelaki kelahiran Mojokerto, 24 Mei 1993.
Di hadapan mahasiswa-mahasiswi, dosen, wartawan dari berbagai kanca nasional baik yang dilakukan Online training via Zoom dan di studio Masjid Salman ITB, ia jelaskan arti Jurnalistik, yakni serupa kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita tentang berbagai peristiwa atau fenomena kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik juga mencakup kegiatan dari peliputan sampai pada penyebaran kepada masyarakat.
“Terdapat ciri-ciri jurnalistik, di antarannya skeptis, bertindak, berubah, seni, dan peran pers,” ungkap lelaki yang kini tinggal di D.I. Yogyakarta.
“Seseorang bisa menulis harus memiliki keyakinan, kemauan, dan praktik serta motivasi,” ungkap pembicara di sela-sela memberikan materi di Seminar Jurnalistik.
“Menulis itu mudah dan menyehatkan. Karena dengan menulis semua akan menjadi lebih ringan,” tambah Eks Marcom Manager dan Redaktur ini.
Abu Zhafran Ghazi Al-Amin salah satu peserta umum mengungkapkan bahwa keseruannya mengikuti Islamic Journalism Class ini sebenarnya bukan passion-nya untuk menjadi penulis, tetapi terlebih banyaknya media dan jurnalis yang sedikit nakal, sukanya mengadu domba dan memfitnah dengan memberitakan hal yang tidak sepantasnya dibaca dan diketahui pada semua khalayak umum.
“Jadi mau tak mau saya harus ikut belajar passion writing, agar bisa menyajikan informasi yang akurat terpercaya dan adil,” kata lelaki asal Palembang Sumatera Selatan ini.
Selain itu, Kepala Program Impact Class (I-Class) BMKA Salman ITB, Syifa Amelia memaparkan bahwa menulis adalah cara yang tepat untuk meluapkan segala rasa kehidupan.
“Harapannya, usai acara ini semua peserta maupun panitia memiliki pengetahuan yang menambah kapasitas diri dalam menulis.” ujarnya.
Kegiatan yang berjalan atas inisiasi Bidang Mahasiswa, Kaderisasi, Alumni (BMKA) dan kerja sama Yayasan Pembina Masjid (YPM) ITB berjalan lancar dan sukses. */Mas Andre Hariyanto